Tuesday, July 9, 2013

Apakah hybrid Warfare itu?

MEMAHAMI HYBRID WARFARE.

 Jill R. Aitoro seorang analis perang berkebangsaan Amerika pada tulisannya yang berjudul “Defense Lack Doctrine to Guide it Through Cyber Warfare” menyatakan bahwa “ Current dan future adversary are likely to rely more on a blending of conventional and irregular approaches to conflict, which they referred to as hybrid warfare” [1]   Pendapat Jill tentang hybrid warfare terlihat mengarahkan pemahaman kita tentang hybrid warfare kepada  sistem dan metode yang digunakan dalam peperangan. Dia menjelaskan bahwa sistem dan metoda hybrid warfare adalah menggabungkan sistem dan metode perang konvensional dengan non konvensional.
Elizabeth Montalbano seorang penulis Amerika menyatakan bahwa “The United States is likely to have adversaries practicing "hybrid warfare" tactics, which will include attacks on computer networks and other forms of technology, more commonly known as cyber-attacks or cyber warfare…… The term is used to describe not just cyber-attacks, but also attacks by biological, nuclear, radiological, and chemical weapons; improvised explosive devices; and information and media manipulation, among other forms of attacks.[2]  Elizabeth terlihat lebih menekankan pemahaman hybrid warfare kepada adanya penggunaan jaringan komputer termasuk cara-cara memanipulasi media massa dan informasi sebagai cara melakukan peperangan. Lebih jauh dia menambahkan bahwa hybrid warfare juga melibatkan penggunaan senjata nuklir, biologi, kimia dan senjata radiologi yang dipadukan dengan penggunaan bahan peledak
Bill Nemeth, seorang mantan Perwira Menengah Marinir Amerika mendefinisikan hybrid warfare sebagai: “the contemporary form of guerrilla warfare” that “employs both modern technology and modern mobilization methods.”[3]  Pendapat Bill tentang hybrid warfare lebih mengarah kepada pemahaman bahwa peperangan tersebut adalah bentuk perang gerilya yang kontemporer dan menggunakan teknologi dan sistem mobilisasi kekuatan yang modern. Sistem mobilisasi kekuatan yang modern dapat diartikan sebagai penggunaan kekuatan bersenjata baik reguler sebagai bagian dari suatu negara yang digabungkan dengan kekuatan non reguler / milisi (non state actor). 
Jack McCuen, seorang kolonel pensiunan Angkatan Darat Amerika mendefinisikan hybrid warfare sebagai “the focus of activity of asymmetric warfare, fought on three decisive battlegrounds: (1) within the conflict zone population; (2) home front population; and (3) international community”[4] Jack terlihat lebih memfokuskan pemahamannya kepada lingkup peperangan. Dia menjelaskan bahwa peperangan tersebut dilakukan dalam 3 jenis medan perang yang mendalam yaitu (1) Medan dimana orang-orang terlibat langsung dalam konflik (2) Wilayah yang lebih luas/lebar dimana orang-orang tersebut tinggal/menetap (3) lingkungan internasional. Pemahaman Jack memberikan penjelasan bahwa hybrid warfare ternyata menggunakan setiap tempat / media sebagai medan peperangan.
David Kilcullen penulis buku berjudul “The Accidental Guerrilla” menyatakan bahwa “hybrid warfare is the best explanation for modern conflicts, but highlights that it includes a combination of irregular warfare, civil warinsurgency and terrorism[5] . Pendapat David memperkaya pemahaman kita tentang aksi-aksi yang dilakukan dalam hybrid warfare. Dia menambahkan bahwa aksi insurjensi, perang saudara dan aksi terorisme sebagai salah satu metode yang dilakukan oleh pelaku hybrid warfare.
Frank G. Hoffman seorang wartawan Amerika mendefinisikan hybrid warfare sebagai “any enemy that uses simultaneous and adaptive employment of a complex combination of conventional weapons, irregular warfare, terrorism and criminal behaviour in the battle space to achieve political objectives” [6]  Pemahaman Frank lebih menjelaskan apa yang dimaksud dengan hybrid warfare. Frank menjelaskan bahwa karakteristik hybrid warfare adalah suatu bentuk perlawanan yang dilakukan secara berkepanjangan, penggunaan suatu kekuatan yang bersifat mendalam yang merupakan penggabungan antara sistem konvensional, non konvensional, aksi terror dan aksi kriminal dalam suatu medan peperangan untuk mencapai suatu kepentingan politis. Dibanding penulis yang lain, Frank menambahkan aksi kriminal termasuk sebagai salah satu cara yang dilakukan dalam hybrid warfare



[1] Jill J Aioro, Defense Lacks Doctrine to guide it through Cyberwarfare, 13 September 2010, http://www.nextgov.com/defense/2010/09/defense-lacks-doctrine-to-guide-it-through-cyberwarfare/47575/
[2] Elizabeth Montabalno, Auditor Find Dod Hasn’t Defined Cyber Warfare, September 2010,  http://www.informationweek.com/government/security/auditors-find-dod-hasnt-defined-cyber-wa/227400359
[3] Frank G Hoffman, Hybrid vs compound war, http://www.armedforcesjournal.com/2009/10/4198658/
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid

No comments:

Post a Comment