Para
analis perang Amerika merumuskan karakteristik peperangan yang terjadi di dunia
sesuai perkembangannya dari masa ke masa. Sampai dengan saat ini mereka
mengelompokkan perkembangan karakteristik peperangan tersebut menjadi empat
kelompok dikenal dengan istilah The Four
Generation of War[1]
(Empat Generasi Peperangan). Peperangan
Generasi I dimulai sejak sekitar tahun 1648 seiring dengan peristiwa
diperolehnya kedaulatan oleh Jerman sebagai sebuah negara sekaligus mengakhiri
“Perang 30 Tahun” yang terjadi antara negara-negara di kawasan Eropa. Perang 30
Tahun tersebut merupakan suatu perang yang sangat carut marut namun pada
dasarnya dilatar-belakangi oleh konflik antara kelompok penganut Katolik dengan
Protestan[2].
Sejak peristiwa diperolehnya kedaulatan oleh Jerman tersebut maka peperangan
mulai dianggap sebagai salah satu cara bagi suatu negara untuk mencapai
kepentingannya setelah sebelumnya setiap peperangan selalu berlatar belakang
kepentingan agama. Ciri-ciri peperangan generasi I adalah adanya penentuan medan/wilayah
perang dengan batas-batas tertentu (garis batas kiri/kanan dan depan/belakang)
dan digunakannya musket (senapan api sederhana)
yang selanjutnya dikombinasikan dengan senjata tajam seperti panah, sangkur dan
lain-lain sampai pada pengembangannya menjadi senjata mesin.[3]
Peperangan
Generasi II muncul seiring meletusnya Perang Dunia I. Pada era tersebut peperangan
ditandai dengan penggunaan taktik yang mengkombinasikan kemampuan bergerak dan tembakan
langsung. Peperangan Generasi II juga diwarnai dengan dimulainya penggunaan
kemampuan tembakan tidak langsung, digunakannya taktik
tertentu termasuk penggunaan pakaian /seragam. Pada periode Perang Dunia I ini
juga terjadi suatu peralihan generasi perang sehingga dianggap sebagai
dimulainya era Peperangan Generasi III ditandai dengan mulai digunakannya
taktik inflitrasi dengan pasukan kecil sebagai suatu cara baru dalam menghancurkan
pasukan musuh selain taktik lama yang mengerahkan pasukan besar untuk mendekati
dan menghancurkan musuh.[4]
Peperangan Generasi III ini juga ditandai dengan penggunaan taktik
penghancuran kekuatan musuh dari arah belakang atau samping kedudukan musuh
seperti yang dilakukan oleh Jerman pada saat berperang melawan Inggris dan
Perancis pada awal masa Perang Dunia II. Penggunaan keunggulan pada aspek dan kecepatan
bergerak inilah yang kemudian memicu semakin berkembangnya tipe peperangan ini III
walaupun aspek yang dijadikan sebagai sasarannya masih tetap yaitu kekuatan militer musuh dan sasaran musuh yang
berada lingkungan pemukiman penduduk. Seiring dengan itu berkembang pula pelibatan
kelompok insurjen atau kelompok tertentu yang bertindak bukan atas nama negara
dalam suatu peperangan disamping kekuatan militer. Adanya pelibatan kekuatan
insurjen / kelompok tertentu inilah yang menjadi tanda dimulainya peperangan
type baru.
Peperangan Generasi IV mulai dikenal sejak tahun 1989, dipicu oleh mulai terlibatnya kelompok
insurjen atau kelompok tertentu yang bertindak bukan atas nama negara (non state actors) dalam suatu peperangan.
Kelompok-kelompok tersebut sebenarnya merupakan suatu bagian dari sebuah negara
namun perjuangan mereka memiliki tujuan yang unik yaitu merorongrong hingga
meruntuhkan suatu kekuatan negara musuh atau bahkan menjadikan negaranya
sendiri sebagai sasaran. Peperangan Generasi IV adalah peperangan dengan ciri
adanya ketidak-jelasan dalam hal batasan antara konflik idiologi, politik,
ekonomi dengan perang itu sendiri bahkan batasan antara militer (kombatan) dan penduduk
sipil (non kombatan). Tipe peperangan
ini sering terjadi di suatu negara berkembang yang ditandai dengan terjadinya
perang saudara atau antara suatu negara dengan kelompok yang ingin mendirikan
negara sendiri. Peperangan generasi IV
juga mulai berkembang dengan munculnya istilah asymetrics warfare yang mendeskripsikan suatu keadaan konflik /
peperangan yang terjadi antara pihak yang sangat berbeda dalam cara-cara
melakukan peperangannya. Konflik yang terjadi bersifat kompleks, melebar dalam
jangka waktu yang relatif lama. Aksi insurjensi,
terror dan gerilya merupakan salah satu bentuk taktik peperangan yang biasanya
dilancarkan oleh pihak dengan memiliki kekuatan kecil dalam melawan musuh yang
kuat dan besar. Aksi-aksi tersebut juga memanfaatkan keunggulan teknologi
informasi dan komunikasi. Manipulasi
informasi dan media massa juga merupakan salah satu strategi yang digunakan
pada peperangan generasi IV ini.[5]
[1] William
S Lind, Understanding Fourth Generation War, Military Review September-October
2004, http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/milreview/lind.pdf
[2] Konrad Repgen, 'Negotiating the Peace of Westphalia: A Survey with an
Examination of the Major Problems', In: 1648: War and Peace in Europe: 3
vols. (Catalogue of the 26th exhibition of the Council of Europe, on the Peace
of Westphalia), Klaus Bußmann and Heinz Schilling (eds.) on behalf of the
Veranstaltungsgesellschaft 350 Jahre Westfälischer Friede, Münster and
Osnabrück: no publ., 1998, 'Essay Volume 1: Politics, Religion, Law and
Society', pp. 355-372, here pp. 355seq.
[3] William
S Lind, Understanding Fourth Generation War, Military Review September-October
2004, http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/milreview/lind.pdf
[4]
Ibid
[5]
Ibid
Your articles are very useful for us who use social media and thank you for your article
ReplyDeletepoker online